Monday, August 15, 2011

Menghitung Perbandingan Kompresi I

Pada motor bakar, kompresi menjadi salah satu faktor penentu dalam meningkatkan performanya. Biasanya yang kerap jadi acuan para mekanik adalah perbandingan kompresi. Yang definisinya adalah suatu nilai perbandingan yang ditentukan oleh volume ruang bakar dan volume silinder (digunakan pada metode penghitungan kompresi statis) serta volume efektif silinder (digunakan pada metode penghitungan kompresi dinamis).

Jika diformulasikan ke dalam rumus menjadi:

CR = V1 + V2 V1
CR : Compression ratio (Perbandingan kompresi).
V1 : Volume ruang bakar (cc)
V2 : Volume silinder (statis) atau volume efektif silider (dinamis).

Yuk kita bahas satu per satu mengenai formula di atas.

V1 PISTON FLAT

Volume ruang bakar (V1) sangat dipengaruhi oleh beberapa hal. Antara lain bentuk ruang bakar pada kepala silinder, ketebalan paking, jarak piston ke bibir silider saat piston berada di posisi TMA (Titik Mati Atas) atau di posisi paling puncak, serta bentuk mahkota piston itu sendiri alias dome. Lantas bagaimana cara menghitung volume V1?


Langsung saja kita praktikkan pada Yamaha Jupiter Z standar. Peralatan yang dibutuhkan adalah bourette dan mika transparan yang sudah diberi dua buah lubang (gbr.1).

Langkah pertama oleskan gemuk atau steampad pada sekeliling permukaan kepala silinder. Namun sebelumnya pastikan dulu klep dan busi sudah terpasang dan tidak bocor. Setelah itu tempelkan mika transparan tadi pada kepala silinder.

Kemudian isi bourette dengan bensin sampai angka tertinggi. Misalnya sampai 100 cc (gbr. 2). Selanjutnya tuangkan ke kepala silider melalui dua lubang pada mika (gbr.3) hingga penuh. Lalu lihat sisa bensin pada bourette berada di angka berapa. Misalnya tersisa 90 cc, artinya yang tertuang itu adalah volume ruang bakarnya, yakni 100 cc – 90 cc = 10 cc.


Kelar itu, hitung volume paking kepala silinder. Pada Jupiter Z standar, umumnya punya ketebalan paking 0,2 mm. Nah, untuk menghitung volumenya, bisa dengan menggunakan rumus;
V = 1/4 ? x D² x T

1.000
V : Volume silinder (cc)
? : sering dibaca phi adalah konstanta atau angka ketetapan yang nilainya 22/7 atau 3,14
D : diameter paking (mm)
T : Tebal paking (mm)
1.000 : angka konversi ke cc atau ml

Jupiter Z, diameter piston standarnya 51 mm dan tebal paking head 0,2 mm. Jika dimasukkan ke dalam rumus di atas akan didapat volume ketebalan paking sebesar 0,40 cc.

Selanjutnya tinggal mencari volume dome piston ketika berada di TMA. Di bebek Garputala ini, saat piston berada di TMA, jarak dari bibir silinder yaitu 1,2 mm. Jika dimasukkan kembali ke dalam rumus tadi (T = 1,2 mm) maka akan didapat volume 2,4 cc. Ini berlaku karena desain piston Jupiter Z rata.

Baru deh dari sini V1 bisa dihitung. Caranya, volume ruang bakar ditambah dengan volume paking ditambah volume tenggelamnya piston di TMA maka: 10 + 0,4 + 2,4 = 12,8 cc. Jadi artinya total volume ruang bakar adalah 12,8 cc.

Bagaimana dengan piston model jenong atau cekung? Tunggu tulisan berikutnya.

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Facebook RSS Feed More