Friday, August 12, 2011

Menghitung Perbandingan Kompresi II

Beberapa waktu lalu telah kita ketahui cara menghitung volume ruang bakar dengan piston yang desain pucuknya flat alias rata. Nah, sekarang giliran kalau menggunakan piston jenong atau cekung ke dalam (gbr.1).

Untuk metode penghitungan ruang bakarnya, tebal paking dan celah dek piston saat TMA masih tetap turut diperhitungkan. Sama dengan yang kita bahas sebelumnya. Tapi kini ada tambahan kalau mengaplikasi piston jenong.

Ambil contoh pada Yamaha Jupiter Z. Misal menggunakan piston dome dengan diameter piston 52 mm. Dengan tinggi dome 3 mm. Nah, langkah pengukurannya, mula-mula kita pasangkan ring pada piston dengan lengkap. Kemudian rakit piston itu pada blok silinder melalui bagian bawah dengan kondisi terlepas.

Tapi sebelumnya oleskan sedikit grease pada sekeliling dinding dalam blok. Tidak perlu terlalu tebal. Tujuannya hanya untuk mencegah kebocoran cairan pengukur yang nantinya akan dimasukkan ke dalam silinder.
Setelah itu naikkan piston menuju ke bibir blok sampai kira- kira 4 mm sebelum piston mencapai bibir atas blok silinder. Biar presisi, diukur menggunakan jangka sorong atau sigmat. Oh iya, mengapa diberi gap sebesar 4 mm? Sasarannya adalah untuk memberi celah sedikit pada pucuk piston yang jenong terukur dari titik mati atas (TMA) piston.

Misal dome piston tingginya 3 mm, maka kita harus memposisikan piston 4 mm sebelum bibir atas blok. Artinya masih ada clearance 1 mm. Jika sudah, bersihkan sisa grease pada sisi piston dan silinder menggunakan lap (gbr.2).

Lalu oleskan grease ke sekeliling bibir atas permukaan blok silinder. Kemudian lakukan proses pengukuran volume ruang bakar seperti cara di edisi lalu menggunakan mika dan bourette yang diisi bensin (gbr.3).

Kita ambil contoh misalkan didapat volume bensin yang masuk ke silinder sebanyak 6,5 cc, maka untuk mengetahui volume dome piston kita harus mengetahui terlebih dulu seberapa volume silinder Jupiter Z dengan diameter piston 52 mm dan jarak piston ke bibir silinder 4 mm. Kita sebut volume piston flat (VPF).
Gunakan rumus volume silinder seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Nilai yang ada saat ini, D = 52 mm dan T = 4 mm. Jika dimasukkan ke dalam formula V = (1/4π x D² x T) : 1.000, maka akan didapat V = 8,5 cc. Biar mudah kita singkat Volume Efektif Piston (VEP).

Dari sini kita sudah dapat menentukan volume dome piston (VD). Yaitu VD = VPR – VEP. Hasilnya 8,5 - 6.5 cc = 2 cc. Sebaliknya jika desain pistonnya cekung seperti yang dianut oleh Satria FU150, maka metode penghitungannya terbalik, yakni volume relief piston atau VRP = VEP – VPR. Setelah itu hasilnya ditambahkan dengan volume total ruang bakar. Gampang kan?

Contoh volume ruang bakarnya 10 cc, volume paking 0,4 cc dan volume celah dek piston 2,4 cc. Maka 10 + 0,4 + 2,4 = 12,8 cc. Untuk mengetahui volume keseluruhan ruang bakar pada piston dome seperti di atas, maka keseluruhan hasil tadi dikurangkan dengan volume dome. Yaitu 12,8 - 2 = 10,8 cc.

Jadi semakin tinggi dome piston, maka akan semakin memperkecil nilai V1. Dan otomatis akan semakin tinggi nilai perbandingan kompresinya.


sumber:www.mymotobike.com

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Facebook RSS Feed More